Setiap kali aku berada di depanmu ingin rasanya mengungkapkan isi hatiku ini, tapi bibir ini tak dapat kugerakkan.
*****
S |
udah lama aku memendam perasaan ini, aku jatuh cinta padamu sejak pandangan pertama. Saat itu aku pertama kali datang ke ruangan ini, ruangan sempit yang berukuran kira-kira 3×3 meter dimana tempat aku bekerja.
Di dalam ruangan ini entah berapa orang yang sudah menjamah diriku atau hanya memandang tubuhku. Ada yang mencibir tetapi ada juga yang mengagumiku. Aku tak tahan dengan pekerjaan ini, rasanya ingin menangis setiap hari tapi pekerjaan menuntutku untuk tetap tersenyum genit kepada semua orang. Sampai aku bertemu dengan kau, kaulah yang terus menghiasi hari-hariku.
Aku melihat sorot kasih sayang dari matamu, kau selalu membisikkan kata-kata manis di telingaku dan terus memberiku semangat. Tidak ada tersirat kau ingin mencelakaiku. Untuk pertama kali aku masih merasa takut ketika kau menjamahku, aku takut kau akan meninggalkanku setelah itu. Tapi kau berbeda dari yang lain, kau tetap setia padaku. Kau selalu datang tiap hari lebih awal dari yang lainnya hanya untuk memandangi diriku dengan sorot matamu itu, kau selalu menjadi orang yang paling akhir yang menemaniku dengan sentuhan lembutmu itu. Aku pasrah terhadap dirimu, aku tulus mencintaimu.
Pagi itu seperti biasanya dia mengucapkan:
“Cantik sekali kau hari ini” Dibisikkannya di relung telingaku. Sambil membelai lembut rambutku.
Jari itu… jari itu terasa lembut sekali di kulitku, aku tak kuasa. Sehelai demi helai mulai dilepaskannya pakaian yang menutupi tubuhku, hingga tak ada sehelai benangpun yang menutup tubuhku. Dia menelanjangiku. Dan aku menerima ini menjadi sebuah penghormatan, karena aku percaya padanya, hanya padanya aku percaya.
Sudah tak terhitung lagi berapa kali dia menelanjangiku dan tak tentu pula kapan dia akan menelanjangiku. Bisa sebulan sekali, dua minggu sekali, atau bahkan seminggu tiga kali. Aku menerimanya dengan tulus hati, tak ada rasa kecewa terhadap perbuatannya. Aku tulus mencintainya…
Aku tak tau siapa diriku. “Sora” Begitulah dia selalu memanggilku.
“Sora yang cantik, Sora yang manis, Soraku sayang” Melayang diriku ketika dia mengucapkan kata-kata itu. Seumur hidupku tak pernah ada yang menyayangiku seperti itu bahkan orangtuaku sendiri karena aku tak pernah bertemu dan mengetahui siapa orangtuaku.
Entah ribuan atau berjuta-juta kali kata pujian diucapkannya kepadaku dan aku tidak pernah bosan mendengarnya. Karena dialah yang membuatku bertahan hidup dalam kungkungan ini, hidup dalam pandangan mata ribuan lelaki yang selalu menelanjangiku.
“Boby” Begitulah orang-orang memanggilnya. Aku tak pernah tau namanya karena mulutku selalu tak bisa berucap ketika di depannya bahkan untuk menanyakan namanya. Dia adalah pegawai biasa, itu yang kulihat dari bagaimana orang memandang dan memperlakukannya. Seringkali orang lain yang berpakaian lebih rapi dan berdasi membentaknya dihadapanku dan dia hanya diam membisu atau mengiyakan saja walaupun ku tahu bahwa itu menyakitkan hatinya. Dia selalu melakukan perintah atasannya tanpa pernah mengeluh seperti dia memperlakukanku selama ini. Yang kuhapal pada dirinya adalah ketika dia melakukan pekerjaannya, dia selalu bersiul mendendangkan sebuah lagu. Ya, lagu itu adalah sebuah lagu yang pada masanya cukup terkenal,
Wanita dijajah pria sejak dulu
Dijadikan perhiasan sangkar madu
Tapi ada kala pria tak berdaya
Tekuk lutut di sudut kerling wanita
Tak bosannya dia mendendangkan lagu itu sambil bersiul dan tak bosannya aku mendengarnya. Tebakanku, lagu itu adalah sebuah hiburan dari rasa kesal terhadap atasannya atau lagu itu menyatakan sesuatu yang penting bagi dirinya. Bagiku, lagu itu adalah sebuah dendangan cinta darinya kepadaku yang nadanya dapat membuai dan memberikan rasa nyaman pada diriku. Semakin sering dia mendendangkan lagu itu, semakin jatuh cinta aku padanya.
*****
M |
alam itu, seperti biasa saat keramaian mulai sirna dan orang akan terlelap kembali ke peraduannya, Boby akan setia datang menemaniku dengan dendang lagu cintanya. Tidak ada perasaan senyaman dan seindah ini setelah seharian dipandangi dan dijamah oleh tangan dan mata puluhan orang. Boby lah yang melarutkan rasa lelah ini, pandangannya memberikan keteduhan yang mendalam dan sentuhannya menghapus rasa jijik terhadap diriku dari pandangan dan sentuhan puluhan orang.
“Selamat malam Sora yang cantik, pandanglah langit malam ini. Bulan dan bintang akan menemani kita semalaman. Semoga engkau tak bosan dengan diriku, hanya engkaulah yang membuatku bertahan di tempat ini”. Ucap Boby kepadaku.
Ternyata kami mempunyai perasaan yang sama. Seperti biasanya, aku hanya terdiam dan tersipu mendengar sanjungannya.
Boby mulai melepas pakaianku satu per satu, tangan lembutnya membasuh seluruh tubuhku. Ingin rasanya merebahkan tubuh ini di pelukannya. Siulannya membuaiku untuk menikmati malam yang indah ini. Sampai tak ada sehelai benangpun menutupi tubuhku, hanya ada aku dan Boby yang disirami cahaya bulan dan bintang dari balik kaca.
Tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara dering telepon dari saku Boby.
“Sebentar Sora sayang, nanti kita lanjutkan lagi. Aku harus mengangkat telepon ini, mungkin ini sesuatu yang penting untukku”. Kata Boby.
Ada perasaan kecewa ketika Boby lebih mementingkan dering telepon daripada diriku atau perasaan cemburu?
Mengapa aku cemburu pada Boby, toh aku bukan siapa-siapanya. Mungkin aku hanya wanita simpanannya atau Boby hanyalah seperti laki-laki lain yang senang menjamahku. Ah… Boby tidak seperti itu, Boby yang kukenal adalah seorang pria yang lembut dan bertanggung jawab dan perasaanku mengatakan bahwa dia mencintaiku seperti diriku mencintainya. Pikiranku berkecamuk terus bertanya-tanya siapakah yang menelepon dan mengganggu malam indah kami.
“Halo… Iya betul saya sendiri, ada yang bisa dibantu. Apa !!! Dimana dia sekarang? Bagaimana kondisinya?” Boby terdiam lama dalam teleponnya.
“Baik, saya akan segera kesana” Kata Boby menutup diamnya.
Segera setelah memutus telepon, Boby mengambil jaket dan tasnya. Sepertinya dia akan meninggalkanku malam ini. Aku hanya terdiam memandanginya. Dengan tergopoh-gopoh dia mendatangiku dan berkata “Sora cantik, ayahku kecelakaan dan aku harus menengoknya di rumah sakit sekarang juga. Maafkan aku meninggalkanmu malam ini, hanya ayahkulah keluargaku satu-satunya di dunia ini. Selamat malam Sora, esok aku menemuimu lagi”
Aku terdiam. Ada perasaan nyaman setelah tau kepergiannya bukan karena perempuan lain tapi ada juga perasaan sedih memahami perasaan hati Boby saat ini. Pasti benar-benar panik, tapi kenapa aku tak diajaknya sekalian? Aku juga ingin berkenalan dengan ayahnya, aku juga ingin menjenguknya, aku juga ingin mengetahui tentang kehidupan Boby lebih jauh. Setelah sekian lama berdua, kenapa Boby tidak ingin hubungan ini semakin serius. Aku juga mendabakan sebuah keluarga bersamanya. Mungkin belum waktunya atau aku terlalu pasif terhadapnya. Aku selalu tidak bisa berkata-kata ketika ada di dekatnya. Aku terlalu mencintainya.
*****
A |
ku terbangun ketika ada suara keras di sampingku. Ruangan ini belum waktunya untuk ramai orang berdatangan tapi sepagi ini sudah terjadi keributan. Aku melihat dan mendengar orang berdasi itu memarahi Boby.
“Saya terpaksa pulang cepat tadi malam pak, karena keadaan mendesak. Ayah saya kecelakaan dan berada di rumah sakit” Kata Boby.
“Saya tidak menerima alasan yang mengada-ada seperti itu, yang bisa saya simpulkan dari kejadian tadi malam adalah tindakan indisipliner dari karyawan saya. Dan itu jelas harus ada sangsinya. Kamu tau Bob, sangsinya apa untuk perbuatan bodohmu itu?” Kata orang berdasi itu dengan berkacak pinggang.
“Saya tidak tau Pak, saya minta maaf Pak” Kata Boby dengan wajah menunduk sambil berkaca-kaca.
“Sekarang juga kau kemasi barang-barangmu di loker dan temui bagian personalia untuk mengambil sisa gajimu bulan ini” Kata orang berdasi itu dengan suara melengking.
“Apa artinya ini Pak, apakah saya di skors?” Kata Boby sambil menatap orang berdasi itu.
“Apa artinya skors untuk orang yang tidak disiplin sepertimu, itu akan memberikanmu kesempatan lain lagi untuk melakukan tindakan indisipliner di lain waktu. Aku tidak bisa mentolerir perbuatanmu tadi malam, ruangan kau tinggal berantakan dan kau meninggalkan benda ini dalam keaadaan telanjang. Aku tidak mau melihatmu lagi di ruangan ini. Kamu kupecat Bob!” Kata orang berdasi itu dengan tegas.
“Maafkan saya Pak, berikan saya kesempatan satu kali lagi Pak. Saya sangat mencintai pekerjaan saya. Saya akan memperbaiki kesalahan dan tidak akan mengulanginya lagi” Kata Boby sambil sesenggukkan meneteskan air mata.
Sambil berlalu, orang berdasi itu mengucapkan “Sudah cukup Bob, ketika saya kembali ke ruangan ini, saya tidak ingin melihatmu lagi. Selamat tinggal Bob”
Boby terdiam lama terpaku dalam gemetarannya sambil sesenggukan menangis. Sambil berdiri, diletakkan lengannya di matanya untuk mengusap airmata dan menghindari tatapan pegawai lain di sekitarnya. Dia berbalik memandangku dengan mata merahnya, dipegangnya tanganku.
“Sora cantik, maafkan aku. Aku harus meninggalkanmu. Kamu harus bisa menerima orang lain yang akan menggantikanku” Ujarnya sambil menahan isak tangis.
Ingin sekali aku memeluknya, tapi aku tak mampu. Ingin sekali aku mengucapkan kata-kata perpisahan padanya tapi bibir ini tak mampu berkata-kata. Aku terlalu sedih. Bahkan meneteskan air matapun aku tak mampu.
Tangannya melepaskan genggamanku, Boby berbalik dan berjalan menunduk menyusuri lorong. Tak ada pegawai lain yang berani menegurnya. Orang berdasi itu tersenyum kecil memandang di balik jendela ruangannya.
*****
S |
udah 3 hari semenjak kepergian Boby. Aku merasa kesepian. Tidak ada lagi siulan pada malam hari. Tidak ada lagi sanjungan dan belaian lembut tangannya. Aku merasa menjadi hina sekali saat puluhan orang yang setiap harinya menjamah dan memandangiku, aku tak punya tujuan hidup lagi, aku tak kuat menjalani hidup ini tanpa Boby.
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh hadirnya seorang laki-laki di hadapanku. Sambil merokok dipandanginya tubuhku. Dia tertawa terbahak-bahak sambil berucap, “Inikah Sora yang dipuja-puja oleh Boby?” Ditiupkan asap rokok di wajahku. Ingin rasanya kutampar mukanya.
Tiba-tiba tangannya meremasku dan menidurkanku, dia melepas pakaianku dengan kasar. Aku mencoba berontak tapi dia terus membuka pakaianku sampai tak ada sehelai benangpun di tubuhku.
“Maafkan aku Boby. Tubuhku boleh dijamah oleh siapapun tetapi cintaku hanya untukmu selamanya”
Setelah selesai perbuatannya kepadaku, diberdirikannya aku dan dia meninggalkanku begitu saja dengan tertawa keras. Sekali lagi ditiupkannya asap rokok di wajahku. Aku merasa sangat hina, aku harus berbuat sesuatu. Aku tidak tahan diperlakukan seperti ini. Boby… dimana kau berada.
Dalam kesedihanku, tiba-tiba aku terjatuh dan kepalaku terantuk kaca yang menutupi ruangan ini. Kaca itu pecah terburai dan aku terjatuh di jalanan. Di luar hujan sangat deras, tubuhku basah kuyup. Sekelompok pemuda jalanan menghampiriku dan membawaku pergi. Aku terlalu lelah dalam kesedihanku, aku mengikuti kemana mereka pergi. Dibawanya aku ke sebuah lorong gelap yang sangat lembab. Di dalam ruangan gelap yang terdengar cicitan tikus menggema mereka beramai-ramai menelanjangiku. Boby… Maafkan aku, aku mencintaimu.
*****
S |
epuluh tahun kemudian di sebuah jalan kawasan pertokoan yang ramai, sebuah keluarga berhenti untuk memandangi etalase sebuah toko pakaian.
“Nana sayang, dulu ayah pernah bekerja di toko pakaian ini” Kata seorang laki-laki kepada anak perempuannya yang berumur sekitar 7 tahunan.
“Di toko inilah ayah bertemu dengan ibumu dan maka itulah dirimu hadir di dunia ini sebagai bukti cinta ayah dan ibu” Kata laki-laki itu lagi kepada anaknya.
“Emang dulu ibu juga bekerja di toko ini ya, kok ibu bisa ketemu sama ayah?” Tanya Nana kepada ibunya.
“Ayahmulah yang bekerja di sini, ibu adalah pengunjung setia toko ini. Waktu itu ayahmu bertugas sebagai petugas kebersihan dan yang membuat ibu jatuh cinta pada ayahmu adalah ibu melihat ketulusan hati ayahmu ketika bekerja. Ibu melihat ketika ayahmu membersihkan dan mendandani sebuah boneka manekin di etalase toko seperti yang kamu pandangi ini. Kepada sebuah boneka saja ayahmu merawatnya dengan sangat perhatian apalagi dengan perempuan sungguhan. Lalu ibu berusaha untuk mencari tahu dan mendekati ayahmu. Hingga akhirnya kami menikah dan lahirlah dirimu nak…” Kata perempuan itu kepada anaknya.
Perempuan itu melihat wajah suaminya berubah menjadi bersedih. “Sudahlah Bob, lupakan saja rasa sakit hatimu terhadap pimpinan toko ini. Toh itu sudah 10 tahun lewat. Ayo kita teruskan belanja lagi Bob”
Boby menggendong anaknya sambil menggandeng istrinya untuk meneruskan jalannya.
Tiba-tiba Boby berhenti di tengah jalan. “Ada apalagi Bob?” Kata istrinya.
“Sekarang aku ingat, nama boneka manekin itu adalah Sora. Nana, nanti kau namai boneka barumu itu dengan nama Sora ya. Karena nama itu cukup akrab di telinga papa dan papa rasa Sora adalah boneka yang mempunyai hati” Kata Boby kepada anaknya.
Sambil berdendang, Boby meneruskan perjalanan bersama istri dan anaknya tercinta.
Wanita dijajah pria sejak dulu
Dijadikan perhiasan sangkar madu
Tapi ada kala pria tak berdaya
Tekuk lutut di sudut kerling wanita
Sangatta, 2 November 2007